Seperti Inilah Wujud, Karakter dan Fungsi Sirtu Untuk Konstruksi Bangunan
Dalam proses membangun sebuah bangunan, tentu saja ada banyak sekali jenis-jenis material yang digunakan.
Masing-masing material bahan bangunan tersebut pastinya memiliki fungsi berbeda, sehingga sangat penting bagi kita untuk mengenali jenis-jenisnya. Ya, salah satunya adalah material sirtu, yang memang belum terlalu familiar dikalangan masyarakat.
Nah, untuk mengenal lebih jauh lagi mengenai sirtu, mending kita simak saja langsung ulasan dibawah ini.
Pengertian Sirtu
Istilah sirtu merupakan singkatan dari “pasir batu” yang terjadi akibat akumulasi pasir serta bebatuan yang terendapkan di kawasan-kawasan relative lembah atau rendah.
Sirtu sendiri adalah salah satu material bangunan yang belum digabungkan,
dan biasanya banyak ditemui di daerah-daerah yang memiliki aliran sungai.
Tak hanya itu, sirtu juga dapat diambil dari satuan konglomerat atau breksi yang ada di kawasan dataran tinggi.
Sirtu berasal dari 2 bagian dengan ukuran besar yang terdiri dari material batuan beku, metamorf, dan sedimen. Sedangkan untuk yang bertekstur halusnya terdiri dari campuran bahan pasir dan lempung.
Semua material tersebut nantinya akan ter-erosi oleh batuan induk yang bercampur menjadi satu dengan material bertekstur halus.
Tingkat kekuatannya
pada proses ubahan atau pelapukan batuan berbentuk elip (bulat), dengan ukuran
mulai dari yang seperti kerikil hingga berupa bongkahan.
Pemakaian atau penggunaan sirtu ini hanya sebatas bahan bangunan untuk campuran beton, sedang penggalian yang sering dilakukan dengan cara manual tanpa memperhatikan dampak lingkungan.
Sirtu yang lepas sangat ideal untuk dijadikan bahan pengeras pada proses pembuatan jalan biasa, jalan tol, dan airport.
Tak hanya itu, sirtu
juga kerap digunakan utnuk campuran beton, aspal (hotmix), plester, bahan
bangunan, hingga tanah urug.
Baca Juga: Pengertian Roster Mulai Dari Fungsi Hingga Jenis-jenisnya
Berbagai Fakta Sirtu
1. Asal Muasal Sirtu
Seperti yang sudah disebutkan pada ulasan diatas tadi, bahwa sirtu terbentuk karena adanya akumulasi pasir dan batuan yang ter-endapkan di daerah-daerah relative lembah atau rendah.
Sirtu yang berasal di beberapa daerah pada umumnya terbuat dari
pasir dan batuan gunung api, yang memiliki sifat andesitic dan sering
dicampurkan dengan pasir batu apung.
Tak hanya dari dataran rendah, sirtu juga bisa didapat di daerah-daerah dengan dataran tinggi yang biasanya belum terpadukan.
Dengan komponennya yang terdiri dari batuan beku, metamorf dan sedimen, sirtu akan ter-erosi dari batuan induknya yang kemudian bercampur dengan material bertekstur halus.
Umumnya sirtu akan diendapkan dalam sungai, danau, hingga laut yang dikenal dengan istilah “alluvium”.
Penampakan sirtu yang sekarang ini merupakan sesuatu yang
tidak padu antara material batuan dengan material halus.
Jika endapan alluvium tersebut sudah mulai terbentuk dengan ketebalan dan penyebaran yang luas, maka hal tersebut akan bersamaan dengan berjalannya waktu serta proses geologi yang bekerja.
Hasilnya, penampakan sirtu sudah berada di daerah dataran tinggi atau perbukitan. Seiring dengan berjalannya waktu, kini nama sirtu beralih menjadi konglomerat karena batuannya sudah menyatu antara material batuan dengan material halusnya.
Baca Juga: Harga Lantai Kayu Permeter Berbagai Jenis List 2023
2. Sifat Fisik
Agregat pasir harus memenuhi beberapa persyaratan seperti dibawah ini :
- Agregat pasir harus terdiri dari butiran yang tajam dank eras dengan indikasi kekerasan 2,2. Tak hanya itu, agregat material halusnya juga harus bersifat kekal.
- Agregat pasir tidak boleh memiliki kandungan zat-zat yang bisa merusak beton, seperti zat-zat reaktif alkali.
Agregat lempung harus memenuhi beberapa persyaratan seperti berikut :
- Agregat halus tidak boleh memiliki kandungan bahan-bahan organis yang terlalu banyak.
- Agregat halus tidak boleh memiliki kandungan lumpur lebih dari 5 persen (ditentukan terhadap berat kering).
Ukuran maksimum ft2 : 75 (ASTM C15-80)
- Densitas Ibs / ft2 : (ASTM C-97)
- Rendah : 150
- Minimal yang diinginkan : 160
- Tinggi : 190
Penyerapan air % berat : (ASTM C-121) (ASTM C-97)
- Rendah : 0,02
- Minimal yang diinginkan : 0,40
Kekuatan tekanan, Ksi : (ASTM C-170)
- Minimal yang diinginkan : 90
- Tinggi : 52
Kekuatan tarik, ksi : (ASTM C-99)
- Minimal yang diinginkan : 1,5
- Tinggi : 5,5
Modulus elastisitas , ksi
- Rendah : 2
- Tinggi : 10
- Ketahanan Abrasi : tidak diinginkan (ASTM C-241).
3. Fungsi Sirtu
Hingga saat
ini, penggunaan sirtu hanya sebagai bahan bangunan dalam campuran beton, dan
sedang penggalian yang sering dilakukan dengan cara tradisional (manual) tanpa
memperhatikan dampak pada lingkungan.
Adapun mengenai kegunaan sirtu yang ideal untuk bahan pengeras pada jalan biasa, jalan tol, dan air port, campuran beton, aspal (hotmix), plester, bahan bangunan dan tanah urug.
Sesuai dengan kebutuhan penggunaannya, maka sirtu harus memenuhi
beberapa persyaratan seperti di bawah ini :
- Untuk digunakan sebagai agregat beton, maka sirtu harus bebas dari bahan-bahan organis, kotoran, lempung maupun material asing lainnya yang dapat menurunkan kualitas beton.
- Pada penggunaannya untuk konstruksi jalan, maka sirtu akan terbagi kedalam tiga kelas yakni A, B, dan C dengan persyaratan berbeda baik untuk di bawah lapisan dasar atau untuk lapisan dasar.
- Persyaratan agregat untuk di bawah lapisan dasar yang sesuai dengan table 1 dan table 2.
4. Beberapa Persyaratan Agregat Untuk Lapisan Dasar yang Paling Umum
- Tingkat kekerasan minimum 6
- Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat, % maksimum 10.
- Kehilangan berat karena abrasi setelah 100 putaran, % maksimum 10.
- Kehilangan berat dengan percobaan magnesium sulfate soundness test, % maksimal 12.
- Kehilangan berat akibat abrasi setelah 500 putaran, % maksimal 40.
- Memiliki partikel yang tipis, memanjang presentase berat (partikel lebih besar dari 1” dengan ketebalan kurang dari 1/5 panjang), maksimal 5 %.
- Memiliki bagian-bagian batu yang lunak, maksimal 5 %.
- Memiliki gumpalan-gumpalan lempung % maksimal 0,25 %.
Perbandingan Sirtu dan Sirdam
Jika istilah sirtu merupakan singkatan dari “pasir batu”, maka istilah sirdam merujuk pada pasir makadam.
Meski memiliki fungsi yang sama sebagai pengurukan,
namun kedua material tersebut memiliki perbedaan.
Sirtu pada umumnya didapat dari lembah-lembah dan sungai, sedangkan sirdam merupakan pasir yang dibaur dengan pecahan-pecahan batu makadam yang didapat dari daerah-daerah pegunungan.
Itu sebabnya, mengapa sirdam juga kerap disebut dengan nama “sirtu
gunung”.
Baca juga: Jangan Sampai Salah Pilih! Berikut Perbedaan Granite dan Marmer
Baik sirtu maupun sirdam, keduanya sama-sama memiliki sifat lebih padat, tidak mudah kropos serta tahan teradap abrasi.
Dibalik fungsi utamanya yang sama, namun
penggunaan sirtu dan sirdam juga harus sesuai dengan karakteristiknya.
Ciri khas sirdam adalah teksturnya yang licin dengan bentuk bulat sehingga cocok untuk pengurukan rumah, lahan, dan lainnya yang kemudian akan ditimpa coran maupun pemasangan keramik diatasnya.
Tak hanya itu, sirdam juga memiliki sifat
mengunci karena format batunya yang meruncing sehingga akan berpengaruh
terhadap komposisi pasirnya.