Definisi Batu Belah dan Jenis-jenis Batu Lainnya Untuk Pondasi Konstruksi Bangunan
Batu belah merupakan jenis batu yang berasal dari bongkahan batu berukuran besar, yang kemudian dipecah dengan mesin penghancur sehingga menjadi bongkahan-bongkahan batu dengan ukuran yang beragam.
Setelah itu, bongkahan batu tersebut akan disortir yang berdasarkan ukuran dan dikelompokkan dalam ukuran yang sama.
Karakteristik dari batu pondasi yang satu ini tampil dengan beragam warna, seperti kehitaman, hitam, coklat keputihan dan tergantung dari daerah pegunungan maupun perbukitan asalnya.
Batu belah memang sangat ideal dijadikan konstruksi pondasi, karena
memiliki sifat yang tidak mudah mengalami perubahan bentuk, serta kualitasnya
yang tetap terjaga meski tertanam di dalam tanah.
Pengertian Batu Belah
Secara umum, fungsi utama pada batu belah ini sebagai bahan campuran utama untuk pembuatan pondasi.
Tak hanya batu belah, masih ada lagi peran material lainnya dalam pembuatan pondasi bangunan seperti pasir, semen yang kemudian dicampur dengan air.
Baca Juga: Harga Lantai Kayu Permeter Berbagai Jenis List 2023
1. Manfaat Batu Belah
Keunggulan Batu Belah
- Batu belah mempunyai kualitas yang sangat mumpuni, sehingga cocok digunakan untuk pondasi menerus dan pondasi umpak.
- Berkat ukurannya yang bervariasi, batu belah ini bisa mengikuti lebar yang diinginkan secara rapi sehingga porsi beban yang akan diberikan terhadap pondasi menjadi lebih optimal.
Jenis-jenis Batu Belah yang Harus Kalian Ketahui
- Batu Belah
Ukuran 0 – 5 mm
Batu belah yang dipecah atau dihancurkan dengan ukuran yang paling kecil ini sering disebut “abu batu”, dimana fungsinya bisa digunakan sebagai pengganti pasir.
Ukuran tersebut memiliki partikel yang mirip dengan pasir lembut, sehingga membuatnya
ideal digunakan untuk campuran dalam proses pengaspalan, bahan utama untuk
membuat gorong-gorong, serta bahan pembuatan batako press.
- Batu Belah
Ukuran 5 – 10 mm Atau 3 / 8 cm
Material batu belah yang kedua ini banyak dimanfaatkan untuk campuran dalam proses pengaspalan jalan, mulai dari jalan yang ringan hingga jalan kelas 1.
Pada
umumnya, ukuran batu ini akan dicampur dengan aspal menjadi Aspal Mixed Plant
atau Aspal Hot Mixed.
Baca Juga: Ragam Jenis Batako Beserta Keunggulan & Kekurangannya
- Batu Belah
Ukuran 10 – 20 mm
Jenis batu belah yang berikutnya ini kerap digunakan untuk bahan pengecoran dari konstruksi yang ringan hingga konstruksi berat.
Bangunan yang dikerjakan dengan
beton cor dari material batu belah ukuran 10 – 20 mm ini diantaranya adalah:
- Bangunan
bertingkat tinggi
- Landasan
pacu pesawat terbang
- Jalan tol
- Bantalan
kereta api
- Pelabuhan
- Dermaga
- Tiang
pancang
- Jembatan
Tak hanya
itu, material belah ukuran 10 – 20 mm juga sering digunakan untuk bahan
pengecoran lantai dan pembetonan horizontal lainnya.
- Batu Belah
Ukuran 30 – 50 mm
Jenis batu
belah berukuran 30 – 50 mm ini biasanya digunakan sebagai dasar badan jalan
kontraktor menggunakan bahan material lain, penyangga bantalan kereta api,
pemberat pipa di dasar laut, beton cor pemecah ombak dan lain sebagainya.
- Batu Belah
Agregat A
Batu belah agregat A merupakan jenis sirtu (pasir batu), yang merupakan campuran antara beragam ukuran batu belah.
Ya, diantaranya adalah abu batu, pasir, batu belah
ukuran 10 – 20 mm, batu belah ukuran 20 – 30 mm, dan batu belah ukuran 30 – 50 mm.
Kendati demikian, tidak ada kepastian mengenai komposisi yang digunakan pada masing-masing bahannya.
Dengan kata lain, komposisi campuran tersebut akan
disesuaikan dengan jenis penggunaannya. Umumnya batu belah agregat A akan
digunakan untuk bahan pengecoran dinding, pembuatan dinding, dan campuran bahan
beton cor.
- Batu Belah
Agregat B
Tak berbeda jauh dengan agregat A, dimana batu belah agregat B ini juga masih termasuk jenis sirtu.
Komposisi materialnya terdiri dari beberapa ukuran batu split,
tanah, abu batu, pasir, batu belah ukuran 10 – 20 mm, batu belah ukuran 20 – 30
mm, dan batu belah ukuran 30 – 50 mm.
Batu belah
agregat B pada umumnya digunakan untuk bahan timbunan awal pengerasan jalan
yang bertujuan untuk meratakan, serta mengikat lapisan batu belah yang
diaplikasikan pada lapisan di atasnya.
- Batu Belah
Agregat C
Menurut informasi yang didapat, batu belah agregat C ini sering juga disebut dengan istilah “asalan”.
Adapun mengenai material yang digunakannya seperti berbagai
ukuran batu split, tanah, abu batu, pasir dan batu belah ukuran apa saja dengan
komposisi yang tidak beraturan.
Itu
sebabnya, mengapa batu belah agregat C dinamai dengan “batu asalan”. Batu
agregat C itu sendiri biasanya digunakan untuk bahan timbunan pada pengerukan
lahan, reklamasi dan lain sebagainya.
- Batu Gajah
Elephant stonem alias batu gajah ini merupakan jenis batu belah yang memiliki ukuran paling besar dibanding jenis batu belah diatas tadi.
Mengingat ukurannya yang
begitu besar, batu gajah pun sering digunakan untuk menimbun lahan atau lokasi
yang berdekatan dengan bibir pantai.
Jenis batu
gajah berfungsi sebagai pemecah ombak, bahan reklamasi pantai, bahan untuk
pembuatan dermaga kecil, atau yang umumnya digunakan sebagai bahan pondasi
bangunan.
Persyaratan Batu Belah yang Ideal Untuk Pondasi Bangunan
Dikarenakan
batu belah pada umumnya digunakan sebagai konstruksi pondasi, tentu saja
terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhinya seperti dibawah ini :
- Batu belah harus memiliki permukaan yang kasar. Mengapa demikian? Pasalnya, permukaan batu yang kasar tersebut akan menghasilkan ikatan yang sangat kokoh.
- Batu belah harus bersih dari kotoran, sehingga saat pembuatan pondasinya akan dibersihkan terlebih dulu dengan air.
- Tidak disarankan untuk menggunakan batu belah yang berpori untuk bahan konstruksi pondasi.
- Batu belah harus berukuran kurang lebih 25 cm.